PENGEMBANGAN
KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN (SOFTSKILL)
KREATIVITAS
Aulia
Dika Widiasi (11514811)
Meka
anisa permatasari(16514561)
Delfita
Reza(12514653)
Kelas
: 1PA15
UNIVERSITAS
GUNADARMA
BEKASI
2015
- TEORI- TEORI PENDORONG KREATIVITAS
Kreativitas belajar berasal dari dua
kata yaitu kreativitas dan belajar. Jika dilihat dari segi etimologi
kreativitas berasal dari bahasa inggris “creativity” yang mempunyai arti daya
cipta dan dalam kamus besar bahasa Indonesia kreativitas yaitu kemampuan untuk
mencipta. Kreativitas juga diartikan kegiatan yang mendatangkan hasil dengan
sifat baru, bermanfaat da bisa dimengerti. Kreativitas agar dapat terwujud
diperlukan dorongan dari individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari
lingkungan (motivasi ekstrinsik)
- Motivasi Intrinsik dari Kreativitas
Setiap individu memiliki
kecenderungan atau dorongan mewujudkan potensinya, untuk mewujudkan dirinya,
dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk
mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya.Dorongan ini merupakan
motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan
baru denganlingkungannya dalam upaya manjadi dirinya sepenuhnya. (Rogers dan
Vernon 1982). Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu
dengan kegiatan-kegiatan kreatif, dengan tujuan untuk memunculkan rasa ingin
tahu, dan untuk melakukan hal-hal baru.
- Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kretaivitas memang tidak dapat
dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul memerlukan
kondisi yang memupuk dan memungkinkan bibit itu mengembangkan sendiri
potensinya.Bagaimana cara menciptakan lingkungan eksternal yang dapat memupuk dorongan
dalam diri anak (internal) untuk mengembangkan kreativitasnya?
Menurut pengalaman Carl Rogers dalam
psikoterapi adalah dengan menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan
psikologis.
- Keamanan psikologis
Ini dapat terbentuk dengan 3 proses
yang saling berhubungan:
– Menerima individu
sebagaimana adanya dengan segala kelabihan dan keterbatasannya.
– Mengusahakan suasana yang
didalamnya evaluasi eksternal tidak ada / tidak mengandung efek mengancam.
Evaluasi selalu mengandung efek mengancam yang menimbulkan kebutuhan akan
pertahanan ego.
– Memberikan pengertian secara
empatis : Dapat menghayati perasaan-perasaan anak, pemikiran-pemikirannya,
dapat melihat dari sudut pandang anak dan dapat menenrimanya, dapat memberikan
rasa aman.
- Kebebasan psikologis
Apabila guru mengijinkan atau
memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan secara simbolis (melalui
sajak atau gambar) pikiran atau perasaannya. Ini berarti memberi kebebasan
dalam berfikir atau merasa apa yang ada dalam dirinya.
B. Teori Proses Kreativitas
1. TEORI WALAS
Teori wallas di kemukakan tahun 1926 dalam Bukunya yang berjudul The Art Of
Thought(piirto 1992) menyatakan bahwa kreativitas meliputi 4 tahapan, Pertama,
persiapan, Tahap pengumpulan informasi atau data yang akan di kumpulkan dalam
memecahkan suatu masalah. dimana pada tahap ini individu akan mempersiapkan
diri untuk memecahkan masalah dengan cara belajar berpikir, mencari jawaban,
bertanya kepada orang lain serta mencari berbagai macam informasi untuk
menyelesaikan masalah. dengan begitu bahan dan pengetahuan serta pengalaman
yang di diperoleh individu akan mencoba berbagai macam-macam kemungkinan untuk
menyelesaikan masalah, selain itu juga pemikiran divergen menjadi sangat
penting belum ada arah yang jelas tapi alam pemikiran untuk mengexplorasikan
berbeagai macam alternatif. Kedua, inkubasi, tahap dimana individu seakan-akan
melepaskan diri dari persoalan tersebut namun bukan berarti dia melupakan
permasalahan atau tidak memikirkan masalahnya secara tidak sadar, tetapi “mengeramnya”
dalam alam pra sadar, tahap ini penting karena proses timbulnya inspirasi dan
gagasan yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru yang
berasal dari daerah pra sadar atau timbul dalam ketidaksadaran penuh. Ketiga,
iluminasi, tahap dimana timbulnya insight atau “aha erlebnis”, saat timbulnya
inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologi yang mengawali dan
mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Keempat, verivikasi, tahap
dimana ide atau kreasi baru tersebut harus di uji terhadap realitas, namun
disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen, dengan kata lain, proses
divergensi (pemikiran kreatif) harus di ikuti oleh proses knvergensi (pemikiran
kritis).
2. TEORI BELAHAN OTAK
Gerakan yang belum berdiferensiasi berkembang menjadi pola preferensi untuk
kiri atau kanan,hampir semua orang mempunyai otak mana yang paling dominan,pada
umumnya orang lebih biasa menggunakan tangan kanan (berarti dominasi belahan
otak kiri), tetapi ada orang yang kidal mereka lebih dominan menggunakan otak
sebelah kanan. Dihipotesikan bahwa belahan otak kanan berhubungan dengan
fungsi-fungsi kreatif sehingga terjadi dichotomania dimana dichotomania ini
membagi-bagi semua fungsi mental menjadi fungsi belahan otak kanan atau kiri,
teori ini didukung oleh bukti-bukti empiris,namun masih memerlukan pengkajian
lebih lanjut (Dacey 1989) (piirto, 1992)
Balaban Otak Kiri Belahan Otak Kanan
Intelek Intuisi
Konvergen Divergen
Intelektual Emosional
C. TEORI PENDORONG KREATIVITAS
• INTERNAL & EXTERNAL
Untuk mewujudkan bakat kreatif kita membutuhkan dorongan atau dukungan dari
lingkungan (motivasi external) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian
penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa (motivasi
internal)untuk menghasilkan sesuatu.
D. TEORI PRODUK KREATIVITAS
produk kreatif adalah hal yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau
karya seseorang dalam dalam bentuk barang, atau gagasan. Kriteria ini dipandang
sebagai yang paling eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga
disebut sebagai ”kriteria puncak” bagi kreativitas (Amabile, 1983). Dalam
operasi penilaiannya, proses identifikasi kreativitas dilakukan melalui
analisis obyektif terhadap produk, pertimbangan subyektif oleh peneliti, atau
peneliti ahli, dan melalui tes (Supriadi, 1994: 14).
Dari kajian tentang kreativitas di atas, penulis lebih terfokus pada produk
kreatif.
1. Kreativitas sebagai Proses
Kreativitas adalah suatu proses yang
menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau
suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock 1978).
a) Proses kreatif sebagai “
munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu
di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain
pihak” (Rogers, 1982)
Penekanan pada :
– aspek baru dari produk kreatif yang dihasilkan
– aspek interaksi antara individu
dan lingkungannya / kebudayaannya
b) Kreativitas adalah suatu proses
upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek
kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas
kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983)
c) Kretaivitas adalah suatu proses
yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas
dalam berfiir (Utami Munandar, 1977).
d) Guilford (1986) menekankan
perbedaan berfikir divergen ( disebut juga berfikir kreatif) dan berfikir
konvergen.
Berfikir Divergen : bentuk
pemikiran terbuka, yang menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban terhadap
suatu
persoalan/ masalah.
Berfikir Konvergen: sebaliknya
berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu
persoalan
atau masalah. Dalam pendidikan formal pada umumnya menekankan berfikir
konvergen dan
kurang memikirkan berfikir divergen.
Torrance (1979) menekankan adanya
ketekunan, keuletan, kerja keras, jadi jangan tergantung timbulnya inspirasi.
2. Kreativitas sebagai Produk
a) Kretaivitas sebagai kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru (1965).
b) Kecuali unsur baru, juga
terkandung peran faktor lingkungan dan waktu (masa). Produk baru dapat disebut
karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu
tertentu (Stein, 1963). Namun menurut ahli lain pertama-tama bukan suatu karya
kreatif bermakna bagi umum, tetapi terutama bagi si pencipta sendiri.
c) Kreativitas atau daya kreasi itu
dalam masyarakat yang progresif dihargai sedemikian tingginya dan dianggap
begitu penting sehinnga untuk memupuk dan mengembangkannya dibentuk
laboratorium atau bengkel-bengkel khusus tang tersedia tempat, waktu dan
fasilitas yang diperlukan (Selo Sumardjan 1983).
Beliau mengingatkan pentingnya
bagian Desain dan Penelitian dan Pengembangan sebagai bagian yang
vital dari suatu industri
3. Kreativitas ditinjau
dari segi Pribadi
a) Kreatifitas merupakan ungkapan
unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan
perilakunya.
b) Kreatifitas mulai dengan
kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang
individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada
nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia
memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak
sama yang dianut oleh masyarakat ramai.
Dengan perkataan lain:“Kreativitas
merupakan sifat pribadi seorang individu (dan bukan merupakan sifat
social yang dihayati oleh masyarakat) yang tercermin dari kemampuannya untuk
menciptakan sesuatu yang baru (Selo Soemardjan 1983).
DEFINISI OPERASIONAL KREATIVITAS
Kretivitas merupakan : “Kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan originalitas dalam
berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkayam memperinci) suatu gagasan”(Munandar SCU, 1077).
- TEORI-TEORI KREATIVITAS
Teori yang melandasi pengembangan
kreativitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
- Teori Psikoanalisis
- Teori Humanistik
- Teori Cziksentmihalyi
- Teori Psikoanalisis
Pribadi kretif dipandang sebagai
seorang yang pernah mengalami traumatis, yang dihadapi dengan memunculkan
gagasan-gagasan yang disadari dan tidak disadari bercampur menjadi pemecahan
inovatif dari trauma.
Teori ini terdiri dari:
a) Teori Freud
Freud menjelaskan proses kretif dari
mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun
kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme
sublimasi justru merupakan penyebab utama kreativitas karena kebutuhan seksual
tidak dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi dan merupakan awal imajinasi.
Macam mekanisme pertahanan:
Represi, regresi,
konpensasi , proyeksi, sublimasi, pembentukan reaksi,
rasionalisasi, pemindahan, identifikasi, kompartementalisasi dan introjeksi.
b) Teori Ernst Kris
Erns Kris (1900-1957) menekankan
bahwa mekanisme pertahanan regresi seiring memunculkan tindakan kreatif.
Orang yang kreatif menurut teori ini
adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran
tidak sadar.
Seorang yang kreatif tidak mengalami
hambatan untuk bias “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat
mempertahankan “sikap bermain” mengenai masala-masalah serius dalam
kehidupannya. Dengan demikian mereka m ampu malihat masalah-masalah dengan cara
yang segar dan inovatif, mereka melakukan regresi demi bertahannya ego
(Regression in The Survive of The Ego).
c) Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa
alam ketidaksadaran (ketidaksadaran kolektif) memainkan peranan yang amat
penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari ketidaksadaran
kolektif ini timbil penemuan, teori, seni dan karya-karya baru lainnya.
- Teori Humanistik
Teori Humanistik melikat kreativitas
sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi.
Teori Humanistik meliputi:
a) Teori Maslow
Abraham Maslow (1908-1970)
berpendapat manusia mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai
kebutuhan.
Kebutuhan tersebut adalah:
- Kebutuhan fisik/biologis
- Kebutuhan akan rasa aman
- Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan
cinta
- Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri
- Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri
- Kebutuhan estetik
Kebutuhan-kebutuhan tersebut
mempunyai urutan hierarki. Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan
“deficiency”. Kedua Kebutuhan berikutnya (aktualisasi diri dan estetik atau
transendentasi) disebut kebutuhan “being”. Proses perwujudan diri erat
kaitannya dengan kreativitas. Bila bebas dari neurosis, orang yang
mewujudkan dirinya mampu memusatkan dirinya pada yang hakiki. Mereka mencapai
“peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight)
b) Teori Rogers
Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi
internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:
- Keterbukaan terhadap pengalaman
- Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi
seseorang (internal locus of evaluation)
- Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan
konsep-konsep.
Apabila seseorang memiliki ketiga
cirri ini maka kesehatan psikologis sangat baik. Orang tersebut diatas akan
berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara
kreatif. Ketiga cirri atau kondisi tersebut uga merupakan dorongan dari dalam
(internal press) untuk kreasi.
- Teori Cziksentmihalyi
- Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas
adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition). Contoh seorang yang
system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka
terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
- Minat pada usia dini pada ranah tertentu
Minat menyebabkan seseorang terlibat
secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan
keunggulan kreativitas.
- Akses terhadap suatu bidang
Adanya sarana dan prasarana serta
adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat membantu
pengembangan bakat.
Kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang
digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja
sama dengan pakar-pakar dalam b idang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan
pengakuan + penghargaan dari orang-orang penting.
- Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka
yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan
untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapau tujuannya.
Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
menurut Csikszentmihalyi:
Csikszentmihalyi mengemukakan 10
pasang cirri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling
terpadu secara dialektis.
- Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang
memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh,
tetapi mereka juga bias tenang dan rileks, tergantung situasinya.
- Pribadi kretaif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang
sama mereka juga naïf. Mereka nampak memilliki kebijaksanaan (wisdom)
tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak
bersamaan dalam ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu berfikir
konvergen sekaligus divergen.
- Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap
bermain dan disiplin.
- Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi
dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
Keduanya diperlukan untuk dapat
melepaskan diri dari kekinian tanpa kehilangan sentuhan masa lalu.
- Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik
introversi maupun ekstroversi.
- Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga
akan karyanya pada saat yang sama
- Pribadi kreatif menunjukkan lecenderungan androgini
psikoogis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender
(maskulin-feminin)
- Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang
(passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat obyektif
dalam penilaian karya mereka.
- Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering
menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang
sama ia merasa gembira yang luar biasa.
REFRENSI