Jumat, 03 Juli 2015

PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT

PEMBELAJARAN ANAK BERBAKAT
logo_gunadarma
Aulia Dika Widiasi (11514811)
Meka anisa permatasari(16514561)
Delfita Reza(12514653)

Kelas : 1PA15

UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2015
1. Ciri – ciri Anak – Anak Berbakat
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
  • Gemar membaca pada usia lebih muda
  • Membaca lebih cepat dan lebih banyak
  • Memiliki perbendaharaan kata yang luas
  • Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
  • Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
  • Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
  • Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
  • Memberi jawaban-jawaban yang baik
  • Dapat memberikan banyak gagasan
  • Luwes dalam berpikir
  • Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
  • Mempunyai pengamatan yang tajam
  • Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
  • Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
  • Senang mencoba hal-hal baru
  • Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
  • Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
  • Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
  • Berperilaku terarah kepada tujuan
  • Mempunyai daya imajinasi yang kuat
  • Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
  • Mempunyai daya ingat yang kuat
  • Tidak cepat puas dengan prestasinya
  • Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
  • Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
1. Mengumpulkan Informasi dengan Detail dan jelas
Kalimat “Masuk kuping kanan keluar kuping kiri”, terlihat umum bagi semua anak-anak. Tapi bagi mereka yang memiliki intelejensi akan mampu menangkap berbagai informasi dan menceritakannya dikemudian hari.
National Association of Gifted Children (NAGC) memberikan contohnya. “Seorang anak usia 6 tahun yang baru kembali dari perjalanannya ke museum mampu menggambarkan dengan akurat roket ruang angkasa yang dilihatnya.”
2. Rasa Ketertarikan yang Luas dan Dalam Pada Banyak Bidang
Anak yang berbakat umumnya menampakkan ketertarikannya terhadap berbagai macam topik dan tertarik tidak hanya pada permukaan saja tetapi juga mendalami bidang ketertarikan tersebut. Mereka mungkin suka Dinosaurus serta mempelajari segala hal detail mengenainya sampai mahir pada bulan tertentu, ruang angkasa bulan berikutnya dan seterusnya.
3. Kemampuan Mendengarkan Orang Lain
Jika anak Anda adalah balita yang cerdas, ia akan mampu memahami dan mendengar orang lain sejak usia dini hingga dewasa tanpa diminta. Mereka umumnya balita yang tidak banyak bicara. Jadi pepatah Tong Kosong Nyaring Bunyinya adalah benar
4. Berbakat di Bidang Seni
Anak-anak yang menampilkan bakat tidak biasa dibidang seni dan atau musik lainnya, kadang dipercaya merupakan anak yang diberkati. Balita yang mampu menggambar sesuatu dengan jelas, mampu membuat garis yang sempurna atau menggambarkan tingkat pemahaman seni yang tinggi umumnya masuk kategori anak-anak berbakat.
5. Memperlihatkan Konsentrasi yang Sungguh-sungguh
Anak-anak dikenal tidak suka berkonsentrasi dengan lama. Namun jika anak Anda termasuk yang suka berkonsentrasi atau tertarik terhadap sesuatu dengan periode yang lama, maka anak tersebut bisa dikatakan sebagai anak berbakat.
6. Punya Memori yang Bagus
Beberapa balita yang berbakat mampu mengingat sesuatu dengan baik sejak mereka kecil. Sebagai contoh, anak umur dua tahun mampu mengingat dan menceritakan kembali kejadian sejak dia umur 18 bulan.
7. Punya Kosakata yang Maju
Balita yang mampu berbicara pada usia dini mungkin tidak termasuk dalam tanda-tanda berbakat. Tetapi jika si kecil Anda mampu menggunakan kosakata dan kalimat yang maju, maka ia memang cerdas seperti yang Anda pikirkan. Misalnya, menurut NAGC, jika anak pada usia dua tahun umumnya membuat kalimat, “Ada Anjing.” Maka anak dua tahun yang berbakat akan mampu membuat kalimat yang panjang. Seperti, “Ada anjing coklat di taman belakang dan dia mengendus bunga kita.”
8. Perhatian Terhadap Detil
Anak yang berbakat memiliki perhatian terhadap detil. Anak yang lebih tua lebih ingin tahu secara spesifik bagaiman cara kerja sesuatu. Sementara anak yang lebih kecil akan mampu menempatkan kembali dimana ia mengambil mainannya atau ia tahu kalau sesuatu telah dipindahkan dari tempat asalnya.
9. Sangat Peduli Orang Lain dan Lingkungannya
Pada umumnya anak-anak tidak terlalu peduli dengan dirinya atau orang lain, kecuali jika temannya memiliki sesuatu yang dia mau. Tidak dengan anak-anak berbakat, mereka peduli dan berbelas kasihan dengan orang lain dan juga sangat tidak egois.
10. Memahami Sesuatu yang Kompleks
Balita yang memiliki kecerdasan tinggi mempunyai kemampuan untuk memahami sesuatu yang kompleks, peduli terhadap hubungan dan berpikir secara abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara dalam dan memikirkan pemecahannya.
Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
  1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
  2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
  3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
  4. Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
  5. Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
2.Implikasi dalam Pembelajaran (Teori Barbe dan Renzulli).

A.Menjelaskan dan menerapkan teori anak berbakat dari Barbie dan Renzulli Menurut definisi yang dikemukakan Joseph Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
  • High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi) Standard yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140 . Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk anak berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129), keberbakatan sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
  • Task Commitment adalah sejauh mana tanggung jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi, keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan sesuatu dan kemandirian.
  • Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk, pribadi, proses dan pencetus / penghambat. Suatu produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada, lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet, mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.

Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi “kehausan” akan informasi.Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut :
  • guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
  • guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
  • guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak
  • Guru memberikan tantangan daripada tekanan
  • Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
  • Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
  • Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.

B.Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
  • anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
  • Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
  • Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
  • Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
  • Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.

  3. Pengertian Kurikulum Berdiferensiasi
Istilah diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan memperoleh pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.

Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat, dan yang membantunya mewujudkan potensinya.
Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengna kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Kendati demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan.

Lalu, Bagaimana Kurikulum Berdiferensiasi Dapat Dikembangkan? 
Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa siswa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya.
Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut.

Kurikulum Berdiferensiasi Menyesuaikan dengan Kurikulum Umum
  1. Menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak berbakat.
  2. Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakt lebih menyesuaika kemampuan anak. Sehingga, anada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat.
  3. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum, jadi beberapa kegiatan atau pelajaran yang dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi.
  4. Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam.

Kurikulum Berdiferensiasi dengan Menggunakan Kurikulum yang Baru atau Khusus

Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.
Untuk menyusun sebuah kurikulum, pendidik harus mengetahui beberapa asas kurikulum sebagai berikut:
  1. Berkaitan dengan mata pelajaran. Yaitu, kegiatan bekajar dikaitkan dengan mata pelajaran atau materi tertentu. Contohnya, ketika anak belajar bagian-bagian serangga, anak dapat mencari sendiri serangga-serangga yang akan dipelajarinya di lingkungan sekolah.
  2. Berorientasi dengan proses. Maksudnya, kegiatan belajar mengajar  menekankan perkembangan keterampilan dan proses berpikir daripada hanya materi. Contohnya, ketika anak sudah mengenal bagian-bagian serangga, anak dapat menganalogikan bagian-bagian tersebut dengan bagian-bagian kendaraan.
  3. Berpusat pada kegiatan aktif. Yaitu kegiatan belajar sepenuhnya mengikutsertakan anak secara aktif. Sehingga, dapat menghidupkan suasana keilmuan yang penuh akan diskusi dan saling bertukar pikiran.
  4. Penerapan tugas berakhir terbuka.Dengan asas ini tidak ada istilah “benar” dan “salah” dalam hasil tugas siswa, tetapi seluruhnya berdasarkan pengalaman setiap anak.
  5. Memungkinkan anak memilih. Asas ini memberikan peluang kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing. Sehingga, sekolah seharusnya menyediakan sarana atas minat dan bakat anak.

Tiga hal yang membedakan penerapan kurikulum berdiferensiasi dengan kurikulum umum:
  1. Konten. Muatan atau materi yang diberikan kepada anak berbekat berbeda-beda sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
  2. Proses. Proses belajar anak berbakat, entah itu waktu maupun caranya, dibedakan dengan anak umumnya sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
  3. Produk. Dalam hal penugasan, anak berbakat diberikan beban produk yang lebuh rumit dan kompleks daripada anak umum. Produk belajar itu sendiri dapat berupa lisan, tulisan, ataupun benda.
http://fatinahmunir.blogspot.com/2012/08/kurikulum-berdiferensiasi-untuk-anak.html/12:00 23 juni 2015
http://fitriaisyah2.blogspot.com/2012/11/pembelajaran-anak-berbakat.html/12:51 23 juni 2015

https://abcdirga.wordpress.com/2013/04/02/anak-berbakat/ 12:54 23 juni 2015