Selasa, 09 Juni 2015

PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEBERBAKATAN (SOFTSKILL)

KREATIVITAS

logo_gunadarma
Aulia Dika Widiasi (11514811)
Meka anisa permatasari(16514561)
Delfita Reza(12514653)

Kelas : 1PA15

UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2015
Kreativitas Belajar
  1. Pengertian Kreativitas Belajar
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12). Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7). Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2). Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa belajar adalah suatu  bentuk pertmbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang  tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup (Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger (1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah “menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” . Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya. Kesederhanaan dari struktur atau mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensintesiskan ionformasi yang telah diketahui, membentuk kombinasi dan mendivergensi dengan menciptakan alternatif-alternatif baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan sebagainya. Mempertimbangkan, menilai, memeriksa, dan menguji kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan, memecahkan yang tidak berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan yang paling baik dan membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis, mengkonunikasi hasi-hasilnya kepada orang lain” (Semiawan, DKK. 1987 : 35). Dengan demikian dalam belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada  di antara pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan, pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan yang sangat bernilai bagi kita. Jadi kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan  kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya. Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
  1. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
  2. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
  3. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
  4. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Sebagaimana halnya dengan pengalaman belajar yang sangat menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara aktif serta ingin mendalami bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar secara kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dengan proses berfikri konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat) berfikir kritis. Gagasan-gagasan yang kreatif, hasil-hasil karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan sesuatu yang bermakna dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak duduk di bangku sekolah termasuk masa persiapan ini karena mempersiapkan seseorang agar dapat memecahkah masalah-masalah. Demikianlah semua data (pengalaman) memungkinkan seorang mencipta, yaitu dengan mengabung-gabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu yang baru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu :
  1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
  2. Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
  1. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
  1. Kesibukan Dalam Kelas
kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
  1. Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
  1. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
  1. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
  1. Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
  2. Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
  3. Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
  4. Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
  5. Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
  6. Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
  7. Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
  1. Metode Diskusi
Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
  1. Metode Inquiri-Discovery
pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan proses pemecahanmasalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-diskovery. Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam pengalaman belajar inquiry adalah :
  1. Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
  2. Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
  3. Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
  4. Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
  5. Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
  6. Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
  7. Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).
  1. Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.
  1. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan). 
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu perkembangan  mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
  1. Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
  1. Keterampilan berfikir lancar
  2. Keterampilan berfikir luwes
  3. Keterampilan berfikir orisinal
  4. Keterampilan memperinci
  5. Keterampilan menilai
  1. Cirri-ciri efektif (nonaptitude)
  1. Rasa ingin tahu
  2. Bersifat imajinatif
  3. Merasa tergantung oleh kemajemukan
  4. Sifat berani mengambil resiko
  5. Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
  1. Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah dasar. Pemikiran divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.
  1. Menggabung proses berfikir dengan proses efektif
Contoh :
  • Berfikir lancar, gabung dengan rasa ingin tahu siswa yang rasa ingi tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan-gagasan atau cara pemecahan masalah
  • Orisinalitas dalam berfikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani mengamukakan pendapat yang berbeda dari biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.
Contoh kombinasi antara berfikir lentur dan daya imajinasi : Guru memberikan suatu cerita yang belum penyelesaiannya lalu para siswa diminta menggunakan imajinasinya untuk memikirkan beberapa akhir cerita yang berbeda-beda. Kombinasi berfikir lancar dan rasa ingin tahu :
  1. Siswa diminta untukmenyebut dalam eaktu singkat berbeda-beda di dalam kelas yang benutknya bundar
  2. Siswa ditugaskan menjajaki lingkungan sekolah untuk mencari tanaman yang berguna.
  3. Siswa diminta mencari sebanyak mungkin sinonim (kata dengan arti sama) untuk kata tertentu dengan menggunakan kamus atau tanpa kamus (misalnya sinonim untuk indah : bagus, permai).
Kombinasi antara orisinalitas dalam berfikir dan keberanian mengambil resiko : Siswa diminta untuk memikirkan jabatan atau pekerjaan yang ia minati tetapi biasanya jarang dipilih oleh anak-anak dari jenis kelamin yang sama. Banyak yang dilakukan para guru untuk meningkatkan kreativitas siswa-siswanya tanpa memerlukan banyak peralatan atau bahan-bahan yang mahal. Yang penting ialah guru sendiri harus senang, dalam arti merasa terdorong mencari variasi tugas-tugas belajar. Sound (1975) dalam Slameto (2004 : 147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut :
  •  Hasrat keingintahuan yang cukup besar
  • Bersifat terbuka terhadap pengalaman baru
  • Panjang akal
  • Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti
  • Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
  • Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
  • Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
  • Berfikir fleksibel
  • Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak
  • Kemampuan membuat analisis dan sintesis
  • Memiliki semangat bertanya serta meneliti
  • Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
  • Memilii latar belakang membaca yang cukup luas
  • MENGAJAR KREATIF.
  • PENGERTIAN MENGAJAR KREATIF.
  • Kreativitas belajr dapt di artikan sebagai kemampuan siswa menciptkan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru mengembangkan kemampuan formasi yang di peroleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajar.belajar kreatif harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling menyenangkan lalu menemukan bahwa pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada diantara pengalaman-pengalaman belajar yang sangat menenangkan.memberikan kepuasan yang sangat bernilai.
  • Sebagaimana mana pengalaman belajar sangat menyenangkan,pada belajar kreatifkita lihat secara aktif digunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banya alternative penyelesaian ) dengan proses berpikir konvergen(proses berpikir yang mencari jawaban tunggal yang paling tepat ) berpikir kritis.
  • Gagasan-gagasan kreativ yang penting hasil-hasil karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan sesuatu yang bermakna dibutuhkankesiapan.masa seseorang anak dibangku sekolah termasuk masa persiapan ini karena dipersiapkan untuk memecahkan masalah-masalah.demikan semua data memungkinkn seseorang untuk menciptakan kreativitas belajar dengan menggabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu yang baru.
  • TEKNIK MENGAJAR KREATIF.
  • Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang gur yang professional dalam menyusun program pembelajarn yang dapat meningkatkan kretivitas siswa dalam belajar.
  • MEMBERIKAN PEMANASAN.
  • Sebelum memulai dengan kegiatan yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan  pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
  • Pengaturan Fisik
  • Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
  • Kesibukan Dalam Kelas
  • kegiatan belajar secara kreatif sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
  • Guru sebagai Fasilitator
  • Guru dan anak yang berbakat lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
  • Mengajukan dan mengundang pertanyaan
  • Dalam proses belajar mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
  • Tehnik Bertanya
  • Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
  • Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
  • Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
  • Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
  • Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
  • Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
  • Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
  • Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
  • Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
  • Metode Diskusi
  • Dalammetode dikusi, peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
  • Metode Inquiri-Discovery
  • pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan proses pemecahanmasalah.
  • Ada tiga tahap dalam proses pemecahan masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau  menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat dengan proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir : kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian (elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui inquiry-diskovery.
  • Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam pengalaman belajar inquiry adalah :
  • Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
  • Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
  • Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
  • Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
  • Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
  • Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
  • Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).
  • Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
  • Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu terjadi di sini.
  • PEMIKIRAN DAN PERASAAN TERBUKA.
  • Teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka ingin mengupayakan agar peserta didik terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertanyaan dan memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala perasaan dan pikiran sebagai jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan pengahiran terbuka dapat dicontohkan sebagai berikut:
  • Andai kata
  • Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang situasi yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan fakta.
  • Peningkatan suatu roduk
  • Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pengungkapan pemikiran pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi yang telah ada. Contoh: Bagaimana cara memperbaiki cara belajar yang biasa dilakukan sekarang.
  • Pemulaan yang tidak selesai
  • Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu kondisi yang belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaannya.
  • Penggunaan baru dari objek-objek umum
  • Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau hal untuk dipikirkan fungsi lainnya dilain fungsi yang lazim. Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.
  • Alternatif  judul
  • Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh kepada peserta didik diperlihatkan naskah sebuah cerita, lukisan, atau gambar-gambar tentang sesuatu.
  • Membantu siswa atau anak mengajukan pertanyaan.
  • Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan dalam konteks pembelajaran. Disini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi pemikiran dan persaan terbuka ini diharapkan peserta didik akan terangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dan menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
  1. Memupuk Iklim Belajar Kreatif
  2. Menerapkan Strategi Memupuk Iklim Belajar Kreatif
Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab. Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu  meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar? Ada beberapa kajian ( Niu & Sternberg 2003; Torrance 1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu. Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan untuk  meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar  telah dibahagikan kepada  3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj  yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan  dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya. Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974). Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahawa sesiapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru.
  1. Menjelaskan Tentang Saran – Saran dalam Memupuk Belajar Kreatif
  • Menghargai kreativitas siswa.
  • Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
  • Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
  • Bersikap menerima dan menunjang anak.
  • Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
  • Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa.
  • Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghamabat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
  • Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
  • Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari keterbatasannya sendiri.